Khairil Anam Petani Sukses Kembalikan Denyut Nadi Hampir Mati Di Air Talas

 



Prabumulih - Bermodal berani dan pantang menyerah, Khairil Anam (42) berhasil menyelamatkan ratusan bahkan ribuan hektar lahan jeruk para petani di Desa Air Talas Kecamatan Rambang Niru Kabupaten Muaraenim Provinsi Sumatera Selatan.


Pada 2003 sebanyak ratusan hektar lahan jeruk milik masyarakat didesa tersebut tidak ada buah dan nyaris mati akibat terserang jamur CVPD. 


Namun kini justru menjadi pusat agrowisata dan sekitar 45 hektar sampai 50 hektare lahan jeruk berhasil dibudidayakan serta dimembuat ekonomi petani jeruk menjadi berhasil.


Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari Khairul Anam, yang pertama kali mengembangkan Agen Hayati Trikodarma. Keberhasilam tersebut bermula ketika Khairul Anam yang prihatin dengan kondisi puluhan petani yang gagal panen serta tanaman jeruk nyaris mati.


Khairul memulai dengan berkali-kali belajar dan menemukan jika harus menanam tanaman yang tahan cuaca ekstrim dan bisa menghasilkan jamur baiknya untuk mengatasi jamur CVPD.


Namun perjuangan Khairul tidak mudah, ia harus merasakan kegagalan hingga 10 kali dalam mengembangkan jamur Trikoderma dan menjadi Agen Hayati.


Jamur CVPD tersebut jik menyerang jeruk akan mati dan jika sudah menyerang maka harus ada kekosongan 9 tahun untuk tidak membudidayakan jeruk agar bisa menanam lagi.


Lalu pada 2011 ada yang uji coba budidaya 3000 tanaman namun hanya bertahan 6 bulan dan jeruk kembali mati lagi. 


Bahkan sempat menanam 7000-9000 tanaman budidaya jeruk manis syam pejakula namun masih mengalami  kendala. "Puncaknya pada 2019 atau saat covid ada lagu jamur menyerang dan dari 150 hektar jeruk sebanyak 80 persen terserang jamur sehingga petani harus beralih fungsi menanam sawit," ungkap Khairil Anam ketika diwawancarai, Rabu (28/2/2023).


Kemudian tahun 2019 Pertamina masuk memperkenalkan dan memberi owngajaran dan kemudian pada tahun 2021 dan tahun 2022 kemudian mensosialisasikan agen hayati.


"Dengan Signifikan masuk ke petani dan banyak jamur bisa diatas sehingga alhamdulillah bertahan di 70 hektare dan komoditi jeruk berangsur membaik. Dulu yang tak ada penghasilam menjadi ada penghasilan," kenangnya.


Pertamina juga memberikan bantuan yang diberikan dari bibit berlebel bebas penyakit, sarana prasarana pembuatan agen hayati, pembuatan rumah studi dan mendatangkan narasumber dari IPB dan IGM.


"Akhirnya petani menjadi paham dan tak tertarik menjadi tertatik dengan agen hayati. Lahan yang 85 persen rusak kita beri agen hayati kemudian normal," katanya mengapresiasi Pertamina.


Saat ini kata Khairil ada sekitar 24 orsng dengan 12 ribu tanaman atau di lahan 45 hektare sampai 50 hektare yang berhasil bertani jeruk. "Bahkan petani yang sebelumnya beralih ke sawit menebang sawitnya kembali ke jeruk," katanya.


Untuk pemasaran sendiri kata Khairil pihaknya tidak memasarkan ke luar nun membuat agrowosata dan warga bisa beli jeruk sekaligus memetik dan memakan jeruk sepuasnya.


"Penghasil jeruk termanis di Muaraenim kini menjadi andalan, kita jual per kilo Rp 15 ribu dan bisa makan sepuasnya di batangnya dsn desa kami menjadi ramai," bebernya.(edison)

Share:

0 komentar:

Posting Komentar



Portalsriwijaya.com